Cerita cinta yang terpendam sekian lama..
Sepertinya Aku Jatuh Cinta ‘lagi’
Aku termenung dibawah
mentari, diantara megahnya alam ini. Menikmati indahnya kasihMU, kurasakan
damainya hatiku.
SabdaMU bagai air yang
mengalir, basahi panas terik dihatiku. Menerangi semua jalanku, kurasakan tentramnya
hatiku.
Jangan biarkan damai ini
pergi, jangan biarkan semuanya berlalu. Hanya padamu Tuhan tempatku berteduh
dari semua kepalsuan dunia..
Bilaku jauh dari diriMu,
akan ku tempuh semua perjalanan, agar selalu ada dekat MU biarku rasakan
lembutnya kasiMU
Entah
kenapa aku begitu menyukai lagu itu, suka sekali. Isinya ‘lirik dan syairnya’
merupakan tanda rasa syukur seorang hamba terhadap penciptanya, seorang hamba
yang mendamba ketenangan yang hanya didapat dari Tuhan saja.
Ada
sesuatu yang tak terungkap dalam hati ini. Semacam rasa bahagia, ya bahagia.
Apa yang membuatku bahagia?? Entahlah, kadang aku merasa kita tak perlu banyak
alasan untuk bahagia. Mungkin karna Allah menginginkan kita untuk bahagia
*alasanyangtakperlubanyakberpikir. Mungkin juga karena rasa syukur kita
terhadapa apa yang telah Allah berikan.
Hmmmm,
curhat ni. Semoga tidak ada niatan-niatan lain dibalik curhat ini.
A’udzubillahiminassyaitanirrajim,
Bismillahhirrahmanirrahim..
Akhir-akhir
ini, tepatnya bulan ini september ini hari yang aku jalani random, sangat
random.
Mendapat
amanah menjadi seorang pemimpin kecil yang bukan hanya memimpin diri sendiri
itu rasanya luar biasa, Subhanallah.
Ada banyak ladang yang bisa digarap menjadi pahala disana jika kau siap. Ya,
hanya jika kau siap.
Kenapa
tidak, sejak mendapat amanah ini untuk pertama kalinya ada perasaan-perasaan
yang tak terlukiskan dalam segumpah darah disana. Terharu karena dipercaya,
bahagia karna kesempatan ini mungkin bisa didapatkan oleh semua orang tapi dari
semua orang yang mungkin dirikulah yang mendapat kesempatan sebenarnya.
Takut,
takut tidak bisa menjalankan amanah ini dengan baik, cemas dan merasa tak
pantas, ya tak pantas. Aku ini siapa sampai-sampai berani mengemban amanah ini?
Pemahaman agama yang masih begitu-begitu saja, amalan yaumi yang juga
begitu-begitu saja, masih labil, tak berpengalaman, apalagi mengingat-ingat
orang yang mengemban amanah ini sebelumnya merupakan orang-orang yang Subhanallah menurut penilaianku
sabarnya, pemahamannya
terhadap agama, kepeduliannya, dan lain-lainnya yang belum kumiliki.
Pantaskah??
Semua
itu menjadi momok tersendiri dalam batin. Berbagai pertanyaan timbul tenggelam,
dukungan, doa, dorongan, datang beriringan dengan keragu-raguan.
Ragu-ragu itu sikapnya
syetan heiiii, putuskan!!
Seseorang
pernah bercerita padaku tentang seseorang yang mendapat amanah yang sama dan
merasa tak mampu, ada satu pertanyaan yang akhirnya menguatkan,
“tanya pada dirimu, ingin menjadi orang yang menggantikan? Atau orang
yang tergantikan?”
Selama
bisa menggantikan untuk hal yang baik mengapa harus digantikan? Merasa tak
mampu karna belum mencoba itu bukanlah sikap seorang muslimah. Lagipula Allah
itu Maha Kuat, dia pasti akan menguatkan orang-orang yang berjalan di jalanNya
dan menegakkan agamaNya.
Ketemu satu alasan kenapa
aku harus menerima amanah ini. Aku tak ingin menjadi orang yang tergantikan
dalam kebaikan.
Entah
sudah berapa tahun yang lalu (kalau tidak salah tanggal 9 september 2010) dalam sebuah LDKO (Latihan Dasar Kepemimpinan
dan Organisasi) di sebuah mesjid di seputaran lapangan golf yang ada di Jatinangor
seseorang menyampaikan suatu tausiah yang sampai saat ini selalu mendorong saya
untuk berbuat lebih. Orang itu bilang “Saat
kita mencoba untuk memperbaiki orang lain, insyalh Allah akan memperbaiki kita”.
Subhanallah kalau amanah ini
membuatku bisa berbuat banyak untuk orang, kenapa tidak saya terima?
Alasan kedua. Aku memang
belum baik tapi semoga dengan amanah ini aku bisa menjadi orang yang lebih
baik.
Hmmm.. dan dulu aku pernah
bertekad dalam dekapan hutan pinus dan gerimis subuh bahwa akan
bersungsuh-sungguh di jalan ini.
Semoga apapun alasan aku
menerima amanah ini semua bermuara hanya karena Allah. Berbuat baik demi Allah
dan menjadi lebih baikpun demi Allah pula.
Beberapa
bulan mengemban amanah, rasanyaaaaaaa.. bagaimana cara melukiskannya ya??
Awalnyanya
merasa tak percaya diri, sebelumnya belum pernah memimpin selain memimpin diri
sendiri *cumawaktuSMPpernahjadiketuakelas,udahitudoang. Ya Canggung.
Tiba-tiba
sistem berubah, tidak hanya untuk amanah yang disini, amanah dibidang lainpun
begitu. Allah, sistem lama pun rasanya masih belum bisa kusentuh kini harus berganti
sistem baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan kau lah orang pertama,
generasi pertama yang harus melakukannya. Allaahhhhh..
Khawatir
dalam ke-baru-an begitulah aku saat itu. Sekali lagi ini membuatku merasakan
rasa yang tak bisa aku jelaskan, khawatir yang tak tahu lagi bagaimana wujud
kekhawatiran itu, cemas, futur, membuatku ingin lari. Ya lari sejauh mungkin
dari amanah ini, meninggalkannya, melemparnya pada orang lain yang tak
bersalah. Innalillahi, semoga Allah maafkan
aku dan sikap takbertanggungjawabku
Memang
Allah Maha Baik yang memberikan kesempatan untuk memperbaiki semua
ketidakbertanggungjawaban itu.
Memang
Allah Maha Baik yang membolak balikkan hati, yang melembutkannya, dan
menuntunnya kembali.
Memang
Allah Maha Baik yang selalu punya skenario yang indah dibalik sukses atau
gagalnya semua rencana.
Beres
flashback yang sudah jauh, kembali lagi pada kebahagiaan yang tak perlu alasan..
Akhirnya
minggu lalu aku kembali diberikan pemahaman oleh Allah yang Maha Baik, ini
amanahku, amanah ini berurusan dengan
umat. Mengabaikan amanah ini sama artinya dengan mengabaikan umat
*lebaydikittapiiniserius.
Alhamdulillah,
tidak semua hal berjalan dengan lancar. Alhamdulillah kekacauan terjadi
disana-sini, Alhamdulillah semuanya random.
Taklim
Super Mentoring Masa Bimbingan Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran. 900-an orang Mahasiswa baru, 810-an orang mahasiswa
baru muslim, 18 kelas dan artinya 18 pembicara.
Ga
tau kenapa masih ada yang namanya miss communication
di kampus Fakultas Ilmu Komunikasi yang selalu bangga dengan slogan ciptaan
Laswell ‘we can not not communicated’ yang terpampang dibeberapa sudut
tempat dikampus ini.
Apa
karna hanya terpampang disudut makanya slogan yang begitu indah ini sepertinya hanya
menjadi kata-kata tak bernyawa?
Anggaplah
semua kekacauan ini adalah salah komunikasi atau orang yang terlibat dalam
komunikasi tersebut padahal tema taklim hari itu adalah tentang komunikasi.
Zzzzz
Tapi
Allah tak akan membiarkkan hamba-hambanya terlantar tanpa hikmah. Maba-maba
pergi, kelas kosong, pembicara ada yang mendadak tidak bisa hadir. Allahhhh
semua kacau balau ini membuatku setengah bingung.
Mulailah
jadi orang sedikit otoriter, perintah sana, perintah sini, tunjuk sana, tunjuk
sini, kamu begini dan kamu begini. Sampai satu titik acara selesai. Dan jreng
jrenggggg.. Apa hikmah dibalik semua ini??
Allah sedang menguji
kesabaran, Allah sedang menguji keikhlasan, Allah sedang menguji keimanan,
Allah sedang menguji kepemimpinan, Allah sedang menguji tangnggungjawabmu,
tanggungjawabku yang pernah aku gadaikan.
Yang
selalu aku katakan pada orang yang curhat atau bercerita tentang masalahnya
tentang kesedihannya padaku “tidak ada
kenaikan jika tidak ada ujian! Tidak dinyatakan beriman sebelum menerima
ujian!”
“Apakah
kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan 'kami beriman' sedang mereka
tidak di uji lagi?” (QS. Al Ankaabut: 2-3).
Itulah yang kini aku
katakan pada diriku sendiri. Tak tahu ini ujian apa teguran Allah untukku.
Apapun itu semoga membuat semua yang terlibat didalamnya menjadi sesuatu yang
lebih baik dan semakin baik.
Dan perlu digaris
bawahi, semua ke-random-an ini entahlah
mungkin kekacauan ini tak cukup ampuh
membuatku jera.
Aku bahagia, ya
sangat bahagia. Rasanya ingin selalu tersenyum, ingin lagi dan lagi. Bukan,
bukan semua ke-random-an ini yang membuat aku bahagia, sama sekali bukan. Apa
kau harus bahagia dengan kekacauan yang terjadi?? Sekali lagi bukan tentang
ke-random-an, tapi semua prosess dalam ke-random-an.
Proses kembalinya
aku, proses pencarian hikmah, proses perbaikan diri. Dan sekali lagi
*akurasasudahterlalubanyakkatasekalilagi aku bahagia dan ingin terus tersenyum.
Entahlah, mungkin aku sedang jatuh cinta. Jatuh
sekali lagi dalam kecintaan. Pada Amanah ini, pada Allah yang menitipkan amanah
ini.
Ya cinta membuat semuanya menjadi mudah
walaupun kau harus menyerahkan seluruh hidupmu, menguras seluruh keringat dan
airmatamu, cinta membuatmu bahagia bahkan ketika kita lelah dan random.
Semoga Allah
menyempatkan, menyampaikan, dan menguatkan aku dalam mencintaiNya dan amanah
ini :)
Semoga lelah tak cukup kuat untuk membuat kita
berhenti melangkah. Allah jangan biarkan damai ini pergi :)
Semoga nanti akan
ada lagi sebuah tulisan betapa aku merindukan semua kerandoman ini J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar