castle

castle
every step in your life is a process of goal achievement. It's my life, it's my inspiration

Antah-berantahku

Senin, 20 Juni 2011

Berkaca dan berkata ‘Aku sudah dewasa’ dan kau pun juga telah beranjak

Kemarin masih ku saksikan aku berlari-lari riang ditengah hujan, bersama kalian berdua merayu sang mama, menggoda bapak dengan kegombalan gila kita.
Kita berkisah, duduk dirumput manila tajam yang setiap hari kita sapa, menghadang rintik-rintik lembut air langit. Berpandangan dan tersenyum. Semua ledekan, semua kejailan disore yang basah itu, tersimpan rapih dalam memori.

Balik lagi ketahun-tahun belakang. Kita hanya berdua saja saat itu. Duduk diayunan biru memandang rumput manila yang mengering sedih. Kau memandangku dengan polosnya, penuh heran dan bertanya


kenapa aku menangis. Yang memelukku dan ikut menangis tanpa tahu apa yang kau tangisi.
Ah dirimu. Kau yang selalu aku tolak, kau yang sering tak aku inginkan, kau yang selalu mengikutiku, menggangguku saat aku bermain, dulu. Di waktu yang telah berlalu jauh

Betapa merepotkannya dirimu yang selalu menggangguku, mencuri perhatian mama, memalingkan perhatian bapak.
Tahu tidak bagaimana sulitnya aku harus pergi bermain dengan sembunyi-sembunyi agar kau tak mengikutiku. Tapi toh kau selalu menemukan aku dimanapun aku sembunyi.
Kau yang selalu memergoki aku saat aku melakukan kesalahan dan kau juga yang mengadukan aku pada mama yang membuat aku selalu dimarahi.
Kau yang tertawa senang saat aku mendapat omelan. Kau. Kau kau kau bocah kecil yang selalu mencuri perhatian orang-orang terdekatku.

***

Tapi bagaimanapun aku menyayangimu. Yang membuatku bangga dengan semua pujian untukmu.
“shella, adekmu lucu ya”. Iya dong
“shella, adekmu buat aku aj”. Enak aj!!
“shella, adekmu penurut banget, gemes”. :D

Kau yang selalu membuat takjub orang dengan kreativitasmu yang tak terduga. Dan kadang membuat jengkel orang karena terlalu kreatif.

***

Kau. Masih ingat jelas bagaimana kau menggigit punggungku hingga biru saat aku mengajakmu pulang dari bermain.
Masih ingat jelas saat aku mengis tak hentinya memandang mainanku yang kau cecer dan hilang tak tahu entahnya.
Masih ingat jelas, gitar mainan berwarna kuning yang kau pukulkan kekakiku hingga gitarnya patah. Kau yang siang itu ku gendong dengan darah mengucur deras dari hidungmu. Kau yang kularang memanjat pohon, kau yang tak menghiraukan laranganku. Kau yang akhirnya terjatuh dari pohon jambu bol dan hidungmu tertusuk beling, yang sukses membuatku gemetaran selama 2 hari 1 malam. Oh.. Betapa nakalnya kau dahulu, dek.

***

Kau, si cuek yang penuh perhatian.
Yang selalu lari kearahku, memelukku, menciumku di pagi hari ulang tahunku.

Kau, si romantis itu.
Hari itu kau bersama teman-teman TPAmu mengadakan tour keluar kota.
Di kamar ku lihat ransel dan tas jinjing yang penuh dan rapi, besok aku akan pergi jauh dan cukup lama. Mungkin kita akan jarang bertemu setelah hari ini. Aku pergi merantau ketempat yang jauh. Membayangkanmu yang tak akan meledekku lagi dan mengatakan ‘kakak cengeng’, membayangkan aku yang terlepas dari kejailanmu dengan anak cicak yang menjijikan itu, aku tersenyum menang.

Ba’da isya, akhirnya kau pulang diatar gurumu. Sengaja aku tak menyambutmu, sibuk dengan urusan keberangkatan dan bayangan tempat baru yang mengasyikan. Siapa yang menyangka, kau yang terlebih dahulu mendatangiku dengan senyum polos lebarmu

“kak, besok kan kakak mau berangkat, ini kenang-kenangan untuk kakak bawa ke Bandung” dolpin abu-abu yang kini aku gantung di kaca kamarku.

Kau sungguh membuatku dilema. Tak tahan haru, aku yang cengeng ini mana mungkin menahan tangis, tapi menangis didepanmu adalah kesalahan karna kau akan terus meledek tanpa henti.
Ah, aku benci keadaan ini.
Kenapa kau tak pernah menangis?? Sampai aku tak punya celah untuk balik meledekmu.

***

Tak tahu berapa lama waktu yang aku lewati tanpamu. Kau adek yang lebih muda 5tahun dariku, tapi sungguh banyak pelajaran darimu. Kau yang dari sikapmu jauh lebih dewasa dariku. Mengajarkan bagaimana ikhlas itu, apa itu pantang menyerah, keluguan, kepolosan. Kau yang seolah tak punya beban apapun dalam hidupmu. Masamu yang seperti air mengalir.
Saat seusiamu, aku tak bisa seindah dirimu. Bermain, memperhatikan sekitar dengan cerah. Yang kutahu hanyalah bagaimana berprestasi, mendapat nilai tinggi, menjadi juara kelas, aktif di berbagai ekstrakurikuler, yang setiap harinya kuhabiskan disekolah, pagi hingga sore hari dan balik pagi lagi.

***

Dan yang paling kusuka. Kau, si tampan yang sholeh.
Dikesempatan itu, Allah terimaksih aku masih dikasih kesempatan pulang ke tanah penuh cinta itu.
Magrib hari itu sangat indah.

“Abang jadi imam ya!!” begitulah caraku menyapanya
“ngga ah kak, malu” menggelar sajadah dibarisan belakang
“ih malu apaan??”
“kakak aj lah yang jadi imamnya!”
“dimana-mana yang jadi iman itu cowo, gimana sih”
“tapi baca surahnya dalam hati aj ya??” malu-malu
“yah, kalo sholat magrib itu baca surahnya harus dikencengin, kecuali sholat zuhur n ashar”
“ya udah” siap-siap jadi imam n takbiratul ihram

Dalam hati tersenyum penuh haru, kau benar-benar sudah beranjak dek. Bahkan kau sudah mengimami aku sholat. Mengalir perlahan suaramu yang merdu melantunkan ayat suci. Al-fatihah, al-kafirur. Al-fatihah, al-Ikhlas. Memang hanya surah pendek, tapi begitu fasih olehmu.
Pertama kalinya aku diimami sholat olehmu, hati ini basah. Sungguh-sungguh aku menyayangimu. Sayang yang terselubung oleh pertengkaran kecil kita.

Tak berhenti di magrib itu, al-ma’tsurat kuning yang kubuka menarik perhatianmu.

“Itu apa kak?”
“Al-ma’tsurat”
“untuk apa kak??”
“ ini do’a pagi dan petang, dibacanya pas magrib dengan subuh, biar sepanjang siang dan malam dapat perlindungan Allah”
“oh. Buat aku aj ya kak!!”

Kusodorkan al-ma’tsurat kuning itu sambil menjelaskan mana yang dibaca pagi, mana yang dibaca sore.

Keesokan harinya kulihat al-ma’tsurat itu kau bawa-bawa dan kadang kau letakkan dalam lemari pakaianmu bersama barang-barang yang kau sayang.
Dimagrib berikutnya, aku menyempatkan waktu membaca al-ma’tsurat lain yang aku bawa, al-ma’tsurat berwarna biru.
Kau duduk disampingku, ikut melafadzkan al-ma’tsurat itu dannn….

“kau hafal??” terkaget-kaget gila
“hhehe, dikit” cengir kesombongan. Hhaha

Oh, bahkan aku belum hafal sejauh itu 
Senangnyaaa dan Malunyaaaaa..
Baca qur’an nya lebih bagus dari ku, bahkan hafalannya lebih banyak.
Oh aku.. sekali lagi dia seolah-olah memang lebih dewasa dari ku.
Proud of you

***

Malam itu mama cerita, tadi sore ada dua cewe kerumah dengan alasan minjam catatan.
Aku tahu persis mencatat bukanlah hal yang kau sukai. Tulisanmu rapi, tapi catatannya ga pernah lengkap. Tapi siapa sangka ada dua cewe ABG yang dengan gaya centil cekikikan malu-malu datang kerumah buat minjem catatanmu.
Hah?? Alibi
Tapi akhirnya aku punya sesuatu buat meledekmu.

“cieee abang, di apelin sama cewe, dua lagi” hhaha

Oh, tapi susah sekali menggubrismu dengan gaya sok cool mu itu, walau akhirnya berhasil dengan bantuan mama. Good team mama :p

Kau yang sok cool memang cukup terbuka. Saat kau berikan handphone-mu dengan jengkelnya.

“liat deh kak, aku dapat sms dari orang gila”

Hah?? Orang gila??
Hai lagi ap?? *message inbox

“Ya Ampun, dapat sms dari cewe ni.. hhaha”
“Apa sh kak, norak”

Astagfirullahhaladzim. Syukurlah dek, kamu ga tertarik buat ngeladenin sms kaya gt  sekali lagi, proud of you

Yang ketiga, seperti biasa kau dan Noval ke kamarku ngegames Plant VS Zombie sampai ada suara-suara mengganggu lewat depan rumah.
Diam-diam kita mengintip dari balik gorden, anak-anak SMP yang semuanya cewe sekitar 4 atau 5 orang jalan dan memelankan langkahnya depan rumah kita.

“Eh, ini rumahnya Dendy loh, rumahnya Dendy”
“Yang mana? Ini?” menunjuk kerumah kita sambil cekikikan.

Ya ampunnnn, lagi lagi.
Sambil nyengir ku pandang wajah kau yang memerah waktu itu
“Berisikkkk” teriakmu

Sontak aku tertawa sampai Cindy, sepupu yang juga kakak kelasmu datang kerumah menyampaikan pujian dari temannya untuk mu.

CKCKCKCK.. Siapa sangka kau ternyata populer juga dikalangan cewe-cewe centil disekolahmu. Berani naksir adeknya, hadapi dulu kakaknya!!!

***
Kamu dek, dengan semua sikapmu, yang menyenangkan, hingga yang menjengkelkan sekalipun, aku tetap menyayangimu. Sangat sayang padamu
Semoga Allah selalu melindungimu, menetapkan hatimu pada kebaikan, menuntunmu selalu agar engkau tak tergelincir dan jatuh.

Untukmu, si tampan lagi sholeh
Dendy Winardi
Tanjungpandan, 30 Desember 1997

Big hugs penuh cinta untukmu yang telah beranjak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar